PROSES KEPERAWATAN JIWA
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah
klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu
panduan untuk memberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk
individu, kelompok, keluarga dan komunitas. Berdasarkan prinsip inilah,
tim pengembang modul ini menyusun pedoman pemberian asuhan keperawatan
di ruang MPKP yang dapat diterapkan baik pada individu pasien, kelompok
pasien, individu keluarga, dan kelompok keluarga pasien.
Selanjutnya, Craven dan Hirnle (2000) menyatakan bahwa proses
keperawatan memiliki enam fase yaitu: pengkajian, diagnosa, tujuan,
rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi. Pada ruang MPKP tim
pengembang modul memasukkan tujuan kedalam fase diagnosa sehingga proses
keperawatan diruang ini terdiri dari lima fase, yaitu; pengkajian,
diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk pengkajian telah disusun suatu format beserta panduan pengisian
format tersebut. Rencana keperawatan yang mencakup diagnosa, tujuan dan
rencana tindakan keperawatan dibuat standarnya berdasarkan ketujuh
masalah keperawatan utama yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan
untuk implementasi telah disusun panduan tindakan keperawatan per
masalah keperawatan dengan menetapkan paket tindakan keperawatan pada
tiap pertemuan dengan pasien sebanyak tujuh buah masalah keperawatan.
Format evaluasi telah dibuat dan ditujukan untuk menilai kemampuan
pasien setelah diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan yang dimiliki.. Format evaluasi untuk perawat juga dibuat
untuk menilai kemampuan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah keperawatan pasien.
1. Pedoman Pengkajian
Dalam keperawatan, pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif
dan obyektif secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan
keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven & Hirnle,
2000). Oleh karena itu dibutuhkan suatu format pengkajian yang dapat
menjadi alat bantu perawat dalam pengumpulan data.
Format pengkajian di ruang MPKP meliputi aspek-aspek identitas
pasien, alasan masuk, factor predisposisi, fisik, psikososial, status
mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, pengethaun, dan aspek medik (lihat lampiran
1). Format pengkajian ini dibuat agar semua data relevan tentang masalah
pasien saat ini, yang lampau, atau yang potensial didapatkan sehingga
diperoleh suatu data dasar yang lengkap.
2. Pedoman Rencana Tindakan Keperawatan
Pedoman rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan umum
dan khusus, dan juga rencana tindakan yang telah distandarisasi oleh tim
pengembangan ruang MPKP.
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham
5. Resiko Perilaku kekerasan
6. Resiko bunuh diri
7. Defisit perawatan diri
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham
5. Resiko Perilaku kekerasan
6. Resiko bunuh diri
7. Defisit perawatan diri
3. Pedoman Tindakan Keperawatan Pada Individu Pasien dan Keluarga
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang
dilakukan langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan
rencana keperawatan yang dibuat.
Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan sistem
klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini
dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang berfokus pada
pelayanan pelanggan. Dengan system ini dikaji kebutuhan pasien terhadap
pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui
standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Diruang MPKP klien
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kebutuhannya terhadap indakan
keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari:perawatan total, parsial, dan
mandiri.
Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan perawatan sehari selama empat jam dengan rincian sebagai berikut:
1. Self care: kurang dari 2 jam
2. Minimal care: 2 jam
3. Moderate care: 3,5 jam,
4. Extensive care: 5-6 jam
5. Intensive care: 7 jam
2. Minimal care: 2 jam
3. Moderate care: 3,5 jam,
4. Extensive care: 5-6 jam
5. Intensive care: 7 jam
Berdasarlan rincian ini maka ditetapkan tindakan keperawatan diruangan MPKP untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:
1. Keperawatan total: 6 jam
2. Keperawatan parsial: 4 jam
3. Keperawatan mandiri: 2 jam
2. Keperawatan parsial: 4 jam
3. Keperawatan mandiri: 2 jam
Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk
tindakan bagi individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan
keperawatan dalam bentuk kelompok dan ADL pasien.
Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas dibuatkan pedoman
tindakan dan jadwal aktivitas per masalah keperawatan per sistem
klasifikasi pasien. Diharapkan untuk selanjutnya perawat di ruamg MPKP
memiliki panduan yang jelas dalam pemberian tindakan keperawatan untuk
setiap pasien sesuai masalah keperawatan dan tingkat kebutuhan tindakan
keperawatannya. Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan
kepada pasien baik secara individual, kelompok, maupun yang terkait
dengan aktivitas kehidupansehari-hari (ADL). Dengan adanya rincian
kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal kegiatan
harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat menjadi
lebih efektif dan efisien.
Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh
perawat didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi dengan
menggunakan pendekatan SOAP (subjective, objective, analyses,
planning). Disamping itu terkait dengan pendekatan SOAP setiap kali
selesai berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan penugasan atau
kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
sebagai tindak lanjut. Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan kedalam
jadwal aktivitas pasien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut
dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau dengan
bantuan total (T). Setiap hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas
ini dievaluasi.
Comments
Post a Comment